UtamaSosialBudayaHumaniora

Selamat Datang... Anda sekarang berada di bagian Humaniora pada Fajar Maverick blog

Selasa, 09 September 2008

Hubungan Antara Manusia Satwa Dan Alam

Kehidupan manusia, satwa dan alam tidak bisa lepas begitu saja, saling terikat terkait dan saling mempengaruhi. Berjuta manusia bersandar hidup pada alam, manusia mengolah untuk diambil manfaatnya, namun konstribusi balik dari manusia kepada alam tidak sebaik alam memberikan manfaat kepada manusia. Sehingga kerusakan demi kerusakan terjadi, namun seolah dibiarkan oleh manusia, meskipun ada upaya untuk memperbaiki namun upaya itu seperti tertatih dan terseok. Hanya jika “ada sedikit waktu” dan tidak kontinyu, akibatnya kerusakan–kerusakan akibat dari perbuatan manusia melakukan eksploitasi sedikit demi sedikit menumpuk. Dan akhirnya ketika alam tidak mampu lagi menahan beban yang telah tertumpuk, maka alam mengembalikan semua yang telah diberikan manusia kepadanya dengan bentuk bencana. Salah satu akibat terjadinya bencana adalah karena ulah manusia yang tidak memberikan konstribusi balik secara baik, sehingga keburukan-keburukan yang ditumpuk akibat perbuatan manusia dikembalikan lagi kepada manusia.

Pemanasan global yang dipicu oleh berbagai rentetan peristiwa yang dilakukan manusia telah semakin terasa akibatnya. Ditambah semakin berkurangnya hutan alam di Indonesia menambah semakin panas dan sesak kita menghirup udara bebas. Semua akibat dari perbuatan manusia yang merugikan terhadap lingkungan ternyata bukan hanya manusia yang merasakannya. Makhluk lain yang paling dekat dengan kehidupan manusia juga merasakan dampaknya, yaitu satwa.

Satwa, makhluk hidup yang satu ini baik buruk kualitas hidupnya tergantung pada tindakan manusia terhadap alam. Jika manusia dapat membina baik hubungan dengan alam, maka satwa pun akan hidup baik, namun jika sebaliknya, maka satwa juga akan ikut menanggung akibat dari kemurkaan alam terhadap manusia.
Pembabatan hutan, adalah salah satu contoh realitas dimana kehidupan satwa tergantung pada tindakan manusia terhadap alam. Dapat kita bayangkan, ketika hutan digunduli, berapa jumlah satwa yang kehilangan habitat alaminya, kehilangan tempat mencari makan dan kehilangan sumber oksigennya. Bahkan satwa-satwa malang tersebut bukan diberikan tempat yang layak sebagai ganti hutan yang telah dihancurkan oleh manusia, mereka justru diperlakukan lebih buruk. Satwa-satwa tersebut ditangkap, diburu bahkan dibunuh.

Ketika tertangkap, mereka dijadikan media hiburan, diperdagangkan, atau bahkan dijadikan santapan. Sebagai makhluk yang lemah, satwa tidak bisa mengupayakan dirinya untuk mendapat perlakuan yang adil dari manusia. Hanya bisa menerima apa yang terjadi padanya. Kemampuan berfikir masih dibawah manusia, kekuatan masih lebih kuat manusia walaupun kadang lebih besar dan liar namun dengan kepandaian manusia kekuatan yang dimiliki seolah tiada artinya.

Tidak ada komentar: